Home » » Risiko Tak Memantau Masa Pubertas Anak

Risiko Tak Memantau Masa Pubertas Anak


Tumbuh kembang anak yang sempurna secara fisik dan mental akan membentuk kepribadian individu yang lebih positif. Anda, sebagai orangtua, turut berperan membentuk pribadi anak positif, baik saat masa tumbuh kembang maupun saat dewasa nanti. Pada waktu ini, anak membutuhkan pantauan dan pendampingan orangtuanya. Jika Anda melewatkan masa penting (saat anak puber), sejumlah risiko bisa dialami anak yang memengaruhi perkembangan konsep dirinya.
Psikolog klinis keluarga, dra Louise Maspaitella, MPsi, menjelaskan bahwa orangtua perlu memahami pertumbuhan fisiologis anak. Jika masa pubertas anak terlewat dari pantauan orangtua, anak tumbuh menjadi pribadi yang tak percaya diri, tidak mengenal konsep diri, dan melihat diri dari sisi negatif. Keadaan semakin parah pada anak menjelang remaja, jika lingkungan semakin menyudutkannya.
Perlu diketahui, bahwa anak mengalami perubahan fisik dan hormonal menjelang pubertas (baca: Tanda-tanda Anak Mulai Puber) hingga puncak pubertas. Masa puncak pubertas ditandai dengan anak laki-laki mengalami mimpi basah, dan anak perempuan mengalami menstruasi. Sebelum memasuki masa puncak pubertas ini, anak sudah mengalami perubahan fisik dan mental, dan di sinilah peran orangtua menjadi penting untuk selalu berkomunikasi dan mendampingi anak menjelang remaja.
“Banyak orangtua yang tidak mengerti komunikasi dengan anak. Akhirnya saat anak mengalami perubahan fisik dan mental menjelang pubertas, tumbuh-kembang anak tidak terpantau. Padahal anak membutuhkan teman bicara saat tanda-tanda pubertas dialaminya,” jelas Louise, di sela peluncuran buku Panik Saat Puber? Say No!!! di Pacific Place, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Perubahan yang terjadi pada anak menuju remaja di antaranya seperti mulai tumbuh jerawat, rambut pubis tumbuh, suara berubah, dan payudara membesar. Pertumbuhan anak perempuan cenderung lebih cepat besar dibandingkan anak laki-laki (dan beberapa tahun setelahnya anak laki-laki akan menyusul tinggi badannya melebihi anak perempuan). Nah, jika perubahan fisik ini tak diamati orangtua, dan terjadi begitu saja tanpa adanya komunikasi, anak akan terpengaruh secara psikis.
“Perubahan dalam diri anak, ditambah lagi dengan lingkungan yang menyudutkan, mengejek, akan membuat anak mudah cemas, takut menghadapi sesuatu, dan masa depannya mengkhawatirkan,” lanjutnya. Remaja yang menjadi bulan-bulanan cenderung melakukan tindakan atau berperilaku negatif. Mereka cenderung mencoba-coba, karenanya tak sedikit remaja yang terjerat narkoba. Lingkungan yang tak mendukung remaja dalam menjalani masa pubertas, juga cenderung membuat remaja melakukan tindakan anarkis, seperti tawuran.
“Orangtua penting menjalin komunikasi dengan anak saat masa pubertas ini, mengajak dan mendukung anak untuk berpikir positif atas dirinya. Anak bisa dibangun kepercayaan dirinya, melihat kelebihan daripada kekurangan yang ada pada dirinya karena perubahan fisik masa pubertas itu tadi,” tukasnya.
Dengan memantau perubahan fisik dan mental anak saat pubertas, orangtua bisa melakukan berbagai langkah antisipatif dan menjadi teman bicara anak yang menyenangkan. Sehingga anak tak mencari informasi yang bias dan keliru di luar rumah, dengan teman sebaya yang sama-sama tak mengerti mengapa mereka mengalami pubertas. Alhasil, anak tumbuh dan berkembang lebih sempurna secara fisik dan mental.
iyopw 15 Apr, 2011


ARTIKEL TERKAIT:

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Vixazi - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger