Tweet |
Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers. In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience, we've chosen to keep this as a paid subscription service. If you are satisfied with your free trial, please sign-up today. Subscriptions without a plan would soon be removed. Thank you!
Sikap permisif (serba membolehkan) kian hari kian merasuki masyarakat kita. Berbagai perbuatan negatif pun dilakoni dengan leluasa oleh para pelakunya tanpa merasa khawatir ada yang melarang atau sekadar menegurnya. Merebaknya tontonan yang tidak pantas, meluasnya perilaku suap, dan meningkatnya tindak kriminal di tengah masyarakat adalah sedikit dari sekian banyak efek negatif dari sikaf permisif tersebut.
Disadari atau tidak, belakangan ini kita begitu enggan untuk menegur para pelaku maksiat di sekitar kita. Ketika melihat sepasang remaja bermesraan di tempat umum, kita hanya diam meski merasa risih. Saat harus menghadapi aparat yang sengaja mengarahkan pada perilaku suap, kita hanya bisa menggerutu. Bahkan, waktu sejumlah aliran sesat bermunculan, poster-poster bioskop dipenuhi oleh film bernuansa pornografi, tempat-tempat maksiat menjamur, siaran televisi disesaki oleh fitnah dan gibah, kita pun tak bergeming. Alasan yang mengemuka selalu: serahkan semua itu kepada yang berwajib.
Mohammad Natsir pernah mensinyalir bahwa sikap masyarakat yang selalu menyerahkan semua persoalan hanya kepada "yang berwajib" akan menumpulkan semangat tawashaw bil haq dan amar ma'ruf nahi munkar masyarakat itu. Ujung-ujungnya, mereka akan terbentur pada suatu keadaan di mana polisinya perlu dipolisikan, para sipirnya perlu disipiri, para pengawas perlu diawasi, dan seterusnya.
Hal itu lantaran para pencegah pelanggaran turut melanggar sehingga batas benar dan salah menjadi kabur, kepercayaan kepada nilai-nilai moral semakin merosot, dan para anggota masyarakat menjadi kehilangan pegangan. Pada tahap selanjutnya, laju kejahatan tak akan terbendung lagi dan kebaikan justru akan menjadi barang langka yang dianggap aneh.
Jika itu terjadi, jangan heran jika azab Allah SWT akan menimpa seluruh anggota masyarakat tersebut tanpa kecuali. Rasulullah SAW pernah mengingatkan: "Sesungguhnya manusia apabila melihat kemungkaran tidak mencegahnya, maka datanglah saatnya Allah SWT menjatuhkan siksa-Nya secara umum (menimpa yang melakukan kemungkaran dan yang tidak melakukannya)." (HR Ibnu Majah).
Peringatan senada juga terdapat dalam Alquran surah Al-Anfal ayat 25: "Dan jagalah dirimu dari bala bencana yang akan menimpa, bukan khusus orang-orang yang zalim di antara kamu saja ...."
Kaum yang pernah hidup sebelum kita benar-benar telah mengalaminya. Mereka mendapat laknat karena satu sama lain tidak melarang tindakan maksiat yang mereka perbuat (Al-Maidah 78-79). Namun, jika ada seorang saja yang konsisten mencegah masyarakatnya dari perbuatan maksiat, dia akan diselamatkan oleh Allah pada saat azab itu datang menimpa (Al-A'raf 164-165). Wallahu A'lam. (",)\m/
Sumber : koran.republika.co.id
Oleh : Muhammad Ali Imran
Dasam Syamsudin 22 Jun, 2011
--
Source: http://cinta-syamsudin.blogspot.com/2011/06/mencegah-kemungkaran-sebuah-renungan.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com
ARTIKEL TERKAIT:
0 komentar:
Posting Komentar