Home » » Wouw! Jasad Dosen Jadi Peraga

Wouw! Jasad Dosen Jadi Peraga

PUTRICANDRAMIDI - Lima belas Januari 2009, muncul pesan tak lazim dalam laman nasional. Isinya, Pasutri Pangesti Wiedarti PhD-Dr Ir Fitri Mardjono MSc rela menjadi cadaver alias pendonor jasad. Keinginan yang asing bagi masyarakat Indonesia, terkabul juga setelah pukul 02.00 WIB, Sabtu (16/7), Mardjono meninggal dunia. Bagaimana kisahnya?

CINTAI-SESAMA.jpg
NET
Pasutri Dr Ir Fitri Mardjono MSc dan Dra Pangesti Wiedarti Mappl Ling PhD mewakafkan diri sebagai cadaver demi cinta mereka kepada sesama. Setelah meninggal dunia, korne matanya diberikan sesama yang membutuhkan dan jasadnya untuk peraga dunia kedokteran.


Dari tanah kembali ke tanah! Begitulah kalimat religius yang biasa diucapkan pemuka agama saat memberi prolog kematian hambah Tuhan. Batu nisan di makam menjadi tanda ziarah bagi keluarga mendiang.

Namun, tradisi ini dikesampingkan pasangan ilmuwan Yogyakarta. Sebelum berpulang, Mardjono-Wiedarti menulis surat wasiat sebagai cadaver tiga tahun lalu. Mereka mendonasikan dua kornea matanya pada orang yang membutuhkan.

Mereka juga merelakan jasadnya diawetkan demi kepentingan pendidikan dunia kedokteran. Jasad Mardjono pun dijadikan peraga kedokteran. Semasa hidup, Mardjono dikenal sebagai pakar konstruksi bangunan dan dosen Teknik Sipil UGM. Sedangkan Wiedarti, pakar Bahasa (linguist) di Universitas Negeri Yogyakarta.

Apa yang dilakukan Mardjono dan Wiedarti langka di Tanah Air. "Kalau donor kornea mata sudah banyak. Lain dengan cadaver," tutur Wakil Dekan Bidang Administrasi, Keuangan dan Sumber Daya Fakultas Kedokteran UGM, Muhammad Mansyur Romi.

Pakar anatomi ini memuji jiwa sosial almarhum. "Ini bisa dijadikan semacam tauladan kepada yang lain, jika ingin memberikan manfaat kepada sesama," kata Romi.

Istri almarhum, Dra Pangesti Wiedarti Mappl Ling PhD mengamini. "Keinginan menyumbangkan kornea mata maupun jasad telah kami putuskan sekitar tiga tahun lalu," ungkap Wiedarti usai melepas jenazah suaminya di Gedung Radioputro FK UGM, kemarin.

"Memang ini semata-mata ingin membantu sesama serta pengembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan, khususnya dunia kesehatan," tutur Wiedarti dengan mata nanar. Kendati berduka, Wiedarti ikhlas melepas jasad suaminya tanpa pemakaman. "Selain almarhum, saya juga berkomitmen sama," tegas Wiedarti.

Mardjono, lahir di Boyolali 9 April 1959. Ia meninggalkan seorang putri, Sachiko Mawaddah Lestari yang bekerja di Dephub. Pendidikan yang pernah dijalani almarhum, S1 Teknik Sipil dan Lingkungan UGM, S2 Engineering Department Nagaoka University of Technology Japan.

Gelar doktor diraih dari Faculty of Architecture, Building and Planning Eindhoven of Technology, Belanda. Semasa hidup, mendiang dikenal berjiwa sosial dan kemanusiaan tinggi. Selama 12 tahun, almarhum pendonor darah tetap di PMI.

"Memang almarhum semata-mata ingin membantu sesama dan pengembangan pendidikan serta ilmu pengetahuan, khususnya dunia kesehatan," jelas Wiedarti. Apa yang telah dilakukan suaminya, bisa memberikan inspirasi sesama.

"Inspirasi untuk lebih mencintai kecerdasan dan kesehatan sesama. Keduanya saling terkait dan mendukung. Kami berharap ke depan kedokteran di negara kita makin baik dan berkualitas, sehingga masyarakat tak perlu berobat ke luar negeri. Ini yang belum membudaya," ujarnya.

Kisah Maut Bunda
Niat dan perbuatan luhur Mardjono dan Wiedarti sempat mengejutkan khalayak, 15 Januari 2009. Surat elektronik mereka dilansir media cetak. Niat mewakafkan jasad pun memantik kontroversi.

"Alhamdulillah, niat kami kesampaian. Setidaknya, ada notaris yang mau membuatkan akta. Meskipun dari tiga notaris yang saya hubungi, hanya satu yang sanggup," tutur Wiedarti. Niat Pasutri itu mengejutkan banyak pihak.

"Umumnya, teman-teman ngeri. Padahal, it is not a big deal for us, karena kami sama-sama ilmuwan yang peduli kemajuan bidang medis dan masyarakat Indonesia. Kami memikirkan sejak 1986," beber Wiedarti.

Apalagi tesis S2 dan S3 Wiedarti terkait medis dan bahasa. "Untunglah umumnya masyarakat medis akhirnya memahami niat kami, meski kalangan ulama pro-kontra," ujarnya. Pembantu Dekan I FK UGM, Prof dr Iwan Dwiparahasto PhD sempat kaget.

Namun, akhirnya bersedia memasilitasi wakaf jasad itu. Prof Iwan sebetulnya lama mengimpikan sosok cadaver. Apa yang dilakukan Mardjono-Wiedarti, memang bukan pertama. Di FK Universitas Brawijaya Malang, memiliki cadaver Budi Setiawan (75) yang mendonorkan seluruh tubuhnya 2003 silam.

Di luar negeri, cadaver sudah lazim. Dalam sejarah ilmu pengetahuan, ahli fisika asal Jerman Albert Einstein, penemu teori relativitas 100 tahun lalu juga menyumbangkan jasadnya untuk ilmu pengetahuan. Konon, otak Einstein paling banyak diteliti karena kejeniusannya.

"Semua berangkat perenungan kisah hidup saya yang banyak berhubungan dunia medis," kata Wiedarti. Ia mengisahkan saat berusia 17 tahun, sang ibunda meninggal mendadak akibat serangan jantung. Ibunya kaget mendengar anak sulungnya kecelakaan lalu lintas.

Wiedarti pun harus mengurus adik bungsunya yang sakit lever. Kuliah tersendat karena keuangan keluarga tersedot untuk biaya pengobatan. Giliran Wiedarti datang saat studi S3 di Sydney. Ia didiagnosa menderita kanker.

Jauh dari keluarga (suami studi S3 di Belanda, putrinya di Yogyakarta) Wiedarti menjalani semuanya sendiri. Ia berhasil melewati operasi, kemoterapi dan radioterapi yang berat.

Tuhan terus memberi ujian. Tahun 2005, Mardjono menderita liver tanpa diketahui penyebabnya. Sakit, sakit dan sakit jadi agenda hidup keluarga Wiedarti. Tak sekalipun mereka mengeluh. "Kami harus partisipasi bagi dunia medis, agar tak ada keluarga lain mengalami hal sama," tegasnya.

Menjadi cadaver bulat diputuskan bersama. "Ini bagian hak asasi manusia. Kami niat dan sepakat!" tandas Wiedarti. (tribun pontianak edisi cetak)

SUMBER

admin 18 Jul, 2011


--
Source: http://candramidi.blogspot.com/2011/07/wouw-jasad-dosen-jadi-peraga.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com

ARTIKEL TERKAIT:

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Vixazi - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger